SLTP 4 Limboto | Profil Sekolah | Kepala Sekolah | Dewan Guru | Program  Kerja | OSIS | Ilmu Sains dan Teknologi | Sekolah Lanjutan | IKIP Gorontalo
G UIG ASMI | STAIN dan Akper| Pemerintahan | Pusat Informasi | Gorontalo Post | UU dan Peraturan | Gorontalo Hari Ini | Link Favorit Anda| Buku Tamu
IKIP Negeri Gorontalo
Sejarah Singkat
IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Negeri Gorontalo merupakan perubahan dan peningkatan status dari STKIP Gorontalo. Perubahan status ini ditetapkan berdasarkan SK Presiden RI No. 19/2001 tentang Perubahan STKIP Gorontalo menjadi IKIP Negeri Gorontalo dan STKIP Singaraja menjadi IKIP Negeri Singaraja, tertanggal 5 Februari 2001.

Pada waktu diresmikan awal Februari 2001, IKIP Gorontalo memiliki empat fakultas, yakni Fakultas MIPA (Matematika dan IPA), PIPS (Pendidikan IPS), PBS (Pendidikan Bahasa dan Seni), dan IP (Ilmu Pendidikan), dengan jumlah mahasiswa hampir 3000 orang. Sebagai penjabat Rektor ditetapkan Prof. Dr. H. Nani Tuloli, mantan Ketua STKIP Gorontalo dua periode (1993-2002) dan mantan Dekan FKIP Unsrat Manado di Gorontalo (1990-1993).


 

IKIP Gorontalo sejak didirikan pada tanggal 1 September 1963 telah mengalami beberapa kali perubahan nama dan status. Awal Januari 1999 perguruan tinggi ini beralih status dan mandiri, menjadi STKIP (Negeri) Gorontalo, lepas dari Universitas Samratulangi, Manado. Sebelumnya ia merupakan salah satu fakultas, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dari Unsrat Manado, yang ada di Gorontalo. Hal itu merupakan konsekuensi logis dari pemberlakuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi, di mana ditetapkan bahwa sebuah fakultas tidak boleh letaknya terlalu berjauhan dari universitas induknya.

Hingga saat ini (2002) IKIP merupakan salah satu dua perguruan tinggi yang berbentuk IKIP dengan status negeri di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, Mendiknas, Dr. Abdul Malik Fadjar, menolak mengubah status IKIP Gorontalo menjadi universitas. Demikian pula dengan Gubernur Gorontalo, Ir. Fadel Muhammad, dengan alasan yang berbeda tidak menginginkan perubahan status IKIP Gorontalo menjadi universitas.

 
Unsur Pimpinan 

IKIP Negeri Gorontalo dipimpin oleh seorang Rektor dan empat orang 
Pembantu Rektor (PR) sebagai berikut.

Rektor
Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd.

Pembantu Rektor I (Bidang Akademik)
Drs. Syamsu Qamar Badu, M.Pd.

Pembantu Rektor II (Bidang Administrasi Umum dan Keuangan)
Drs. Rosman Ilato, M.Pd.

Pembantu Rektor III (Bidang Kemahasiswaan)
Dra. Asna Aneta, M.Si.

Pembantu Rektor IV (Bidang Perencanaan dan Kerja Sama)
Drs. Arfan Arsyad, M.Pd.

 

Fakultas, Jurusan, Program Studi, 
dan Jenjang Pendidikan
Saat ini IKIP Gorontalo memiliki 5 fakultas, yang terdiri atas jurusan, program studi, serta jenjang sebagai berikut.
No.
Fakultas
Jurusan / 
Program Studi
Jenjang
Dekan
Keterangan
1 Pendidikan Bahasa dan Seni  (FPBS) Bahasa & Sastra Indonesia
 S-1
Bahasa Inggris 
 S-1
Pariwisata
D-II
2 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Pendidikan Ekonomi: Akuntansi, Koperasi, Perkantoran 
S-1
Pendidikan Sejarah 
S-1
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN)
S-1
3 Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Pendidikan Biologi 
S-1
Pendidikan Matematika 
S-1
Pendidikan Kimia 
S-1
Pendidikan Fisika 
S-1
Pendidikan Diploma III:
  • Ilmu Pertanian Ternak
  • Ilmu Pertanian Tanaman  Pangan, dan
  • Ilmu Pertanian Perairan
D-III
4 Ilmu Pendidikan (FIP) Pendidikan Luar Sekolah  Pendidikan Olahraga
S-1
Pendidikan Bimbingan & Konseling 
S-1
Manajemen Pendidikan
S-1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar  (PGSD) 
D-II
5 Teknik (FT) Pendidikan Teknik Sipil 
S-1
Pendidikan Teknik Elketro 
S-1
Pendidikan Teknik Infomatika
S-1
Pendidikan Teknik Kriya [artistik] 
S-1
6 Pascasarjana
S-2
Dibuka sejak tahun akademik 2002/2003

 

Sivitas Akademika

Pada Maret 2001 diadakan pemilihan Rektor IKIP Gorontalo yang pertama. Tokoh muda, Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd., unggul dalam perolehan suara, menyisihkan empat kandidat rektor yang lain. Sepuluh bulan kemudian, tepatnya Senin, 14 Januari 2002, Mendiknas, Dr. Abdul Malik Fadjar, melantik dan mengambil sumpah Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd. sebagai Rektor IKIP Gorontalo pertama untuk periode 2002-2006. Pelantikan tersebut merupakan realisasi SK Presiden RI No. 306/2001, tanggal 20 November 2001.

Berdasarkan data yang ada pada tahun 1998 (masih STKIP), perguruan tinggi ini memiliki 239 tenaga dosen, terdiri atas:

  • 8 jabatan asisten, 
  • 148 lektor, dan 
  • 6 guru besar. 
  • Dari ke-239 tenaga dosen tersebut, 181 berkualifikasi pendidikan sarjana (S-1), 56 pascasarjana/magister (S-2), dan 2 doktor (S-3).

    Pada pertengahan tahun 2002 IKIP Gorontalo telah memiliki:

  • 8  (4,24 %) orang dosen guru besar/doktor (S-3), 
  • 107 (40,38 %) orang dosen tamatan magister (S-2), dan 
  • 151 (56,98 %) orang dosen tamatan sarjana (S-1).

  • Kedelapan orang dosen guru besar/doktor tersebut adalah:

  • Prof. Dr. Hi. Nani Tuloli
  • Prof. Dr. Hi. Mansoer Pateda
  • Prof. Dra. Ha. Mintje Musa Kasim
  • Prof. Drs. Hi. Ibrahim Polontalo
  • Dr. Ir. Nelson Pomalingo, M.Pd.
  • Dr. Hariati Said, M.S.
  • Dr. Eros Tarah, M.Pd., dan
  • Dr. Yosep Paramata, M.Pd.

  • Selain itu, sesuai dengan data yang ada pada tahun 1998, IKIP Gorontalo memiliki
    80 tenaga non-edukatif, terdiri atas:

  • 76 tenaga administratif; dan
  • 4 teknisi tetap
  • Fasilitas: Sarana dan Prasarana

    Untuk menunjang proses belajar-mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, IKIP Gorontalo (1998) memiliki fasilitas (sarana & prasana), antara lain, 

      • tanah kampus seluas 169.381 m2, 
      • tanah perumahan 5.300 m2, dan 
      • tanah asarama 10.169 m2.


      Bangunan yang dimiliki antara lain, 

      • ruang kuliah 7.767 m2, 
      • laboratorium 2.400 m2, 
      • perpustakaan 2.160 m2, 
      • ruang administrasi / kantor 1.380 m2, 
      • ruang kegiatan mahasiswa 1.000 m2, 
      • ruang seminar 193 m2, 
      • asrama mahasiswa 3.500 unit, 
      • ruang penelitian / pusat pengembangan masyarakat (PPM) 500 m2, 
      • ruang serbaguna 1.000 m2, dan 
      • bangunan lainnya 2.360 m2. 


      Sebagai sarana belajar, pada tahun yang sama (1998), perguruan tinggi ini memiliki koleksi 9.321 judul buku, terdiri atas 31.497 eksemplar.

     
    Cuplikan Berita, Artikel, dan Info 
    Seputar IKIP Negeri Gorontalo
    dari Berbagai Sumber
    IKIP Bakal Gunakan Nama Prof. Dr. B.J. Habibie

    Selasa, 01 April 2003
    Gorontalo—GP Online--Pertemuan Pemerintah dan masyarakat Gorontalo dengan mantan Presiden RI, Prof. Dr.Irg. Baharuddin  Jusuf  Habibie pekan lalu di Jakarta, merupakan sebuah rahmat tersendiri bagi warga civitas IKIP Gorontalo. Betapa tidak, dalam pertemuan itu selain Pak Habibie setuju alih status IKIP menjadi universitas, juga nama universitas sudah di tangan. 

    Menurut Rektor IKIP Negeri Gorontalo, upaya alih satus IKIP menjadi universitas ini diharapkan oleh Pak Habibie yang juga putra daerah Gorontalo, segera direalisasikan. Setelah ditawarkan nama universitas menggunakan nama Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie, Pak Habibie juga menyatakan setuju. Jadi, "kami tinggal mengajukan proposalnya,"  kata Nelson. 

    Selain itu, tambah Nelson, pemilik Habibie center ini sangat berharap agar dalam pengembangan IKIP Gorontalo ke depan, Pak Habibie terus dilibatkan atau diikutsertakan. “Dengan keikutsertaan Pak Habibie kelak institut keguruan ini akan lebih berkembang, apalagi setelah alih status menjadi universitas pada tahun 2004 mendatang,” tandasnya. (MG-62) 

    Rektor Perjuangkan Alih Status IKIP dan Politeknik Pertanian Gorontalo

    GP Online (17/12/02)

    GORONTALO—Rektor IKIP Gorontalo, Dr.Ir. Neslon Pomalingo,M.Pd. terus memperjuangkan alih status IKIP menjadi universitas negeri.

    Dia menargetkan tahun 2004 kampus ini akan menjadi universitas. Bahkan, juga akan memperjuangkan pendirian Politeknik Pertanian Gorontalo. Hal ini disampaikan usai kunjungan tim komisi IV DPR-RI ke IKIP yang melihat dari dekat kesiapan kampus yang tinggal ada dua di Indonesia, kemarin. Tekad Nelson ini ternyata mendapat respon dari komisi yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata.

    Tim yang beranggotakan 12 orang dipimpin Prof. Dr. Anwar Arifin, menjamin memperjuangkan di tingkat pusat dan menargetkan 2003 impian warga Gorontalo bakal terwujud. Nelson yang ditemui di ruang kerjanya menjelaskan, soal alih status itu merupakan impian masyarakat. Jadi, harus diperjuangkan. Bukan hanya itu saja, dia pun prihatin dengan lulusan IKIP yang peluang kerjanya makin sempit. Pengangkatan guru sudah dibatasi sekarang, sedangkan peluang disiplin ilmu umum, makin bertambah banyak. Karena itu, dia berharap agar IKIP setelah menjadi universitas menghasilkan SDM yang siap pakai dan memenuhi kebutuhan SDM Provinsi Gorontalo. Pasalnya, SDM Gorontalo masih rendah, sedangkan SDA Gorontalo masih banyak yang belm diolah. “Tetapi  jurusan untuk guru tetap ada, seperti universitas Tadulako dan yang lainnya,” kata sang deklarator provinsi.

    Menyangkut perjuangannya, dia telah melakukan secara normatif. Di mana persyaratan proposal, kemampuan SDM, fasilitas infrastruktur, serta program studi memenuhi syarat. Dan, yang menjadi target akhir perjuangan adalah, perjuangan politis di tingkat legislatif. 

    Menyangkut Politeknik Pertanian Gorontalo, Nelson menggagasnya untuk mendukung program Pemprov Gorontalo, di mana salah satunya adalah program agropolitan. Dan, ini memang belum mempunyai target waktu. Akan tetapi, perlu percepatan pembentukannya apalagi, telah didukung oleh Gubernur Gorontalo. (GP-44)

    IKIP Negeri Gorontalo Adakan Pelatihan 
    Mahasiswa Antinarkoba

    Gorontalo--RRI Online--Setelah mengadakan tes urine terhadap mahasiswa baru, kini IKIP Negeri Gorontalo melakukan kegiatan untuk memerangi narkoba dan AIDS dengan jalan memberikan pelatihan antinarkoba kepada sejumlah mahasiswa.

    Pembantu Rektor III IKIP Negeri Gorontalo, Asnah Anete, hari ini (2/10) di Gorontalo, mengatakan, pelatihan tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) gerakan mahasiswa anti narkoba dan peduli AIDS. 
    Menurut dia, dalam pelatihan itu diberikan meteri Undang-undang narkotika oleh Kajati, peran masyarakat dalam pencegahan narkoba oleh Ketua Asosiasi LPM Kota Gorontalo, dampak narkoba bagi kesehatan oleh Kadis Kesehatan Provinsi Gorontalo. 

    Materi fenomena HIV atau AIDS oleh UTD Gorontalo, kondisi dan jenis narkoba disampaikan oleh Kapolresta Gorontalo, strategi penanggulangan bahaya narkoba dikampus dibawakan oleh petinggi IKIP sendiri. Asnah juga mengatakan, untuk mencegah ataupun memerangi bahaya narkoba dikalangan mahasiswa, maka perlu dikembangkan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). 

    Informasi berupa penyampaian kepada publik bahwa narkoba lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya, serta edukasi adalah untuk penanggulangan narkoba dikampus perlu adanya pendidikan dan pelatihan. Ketua UKM Gerwana IKIP Gorontalo, Murapto mengatakan, pelatihan tersebut akan semakin memantapkan tekad mahasiswa untuk memerangi peredaran barang haram terlarang tersebut sebagai penghancur generasi muda. 

    Dia menegaskan, mahasiswa harus tegas dan berani memerangi peredaran narkoba baik dikalangan kampus ataupun dimasyarakat, sehingga Perguruan tinggi (PT) menjadi neraka bagi para pengedar ataupun bandar dari barang haram tersebut. Dia menambahkan, dalam waktu dekat UKM IKIP Gorontalo akan membentuk aliansi mahasiswa antinarkoba (Aman), untuk daerah Gorontalo anggotanya bukan hanya kalangan IKIP saja, tetapi mencakup perguruan tinggi lain di daerah ini.
    (ant/wi)

    IKIP Negeri Perbanyak Mahasiswa dari PMDK

    Jakarta, Kompas (7/6/02)- Untuk mendapat mahasiswa yang benar-benar berminat dan memiliki komitmen tinggi terhadap profesi guru, dua Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (IKIP) negeri di Indonesia, IKIP Singaraja (Bali) dan IKIP Gorontalo (Gorontalo) akan memperbanyak jumlah mahasiswa dari jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK). Selain itu, mereka juga akan menerima mahasiswa jurusan eksakta lebih banyak daripada mahasiswa jurusan sosial. 

    Rektor IKIP Singaraja, Prof. Dr. Nyoman Dantes, dan Rektor IKIP Gorontalo, Dr. Ir. Nelson Pomalingo,M.Pd., mengungkapkan rencana tersebut pada hari Senin (10/6/02). Keduanya dihubungi secara terpisah lewat telefon. 

    Untuk IKIP Gorontalo, dari 400 mahasiswa baru yang akan diterima, 25 persen di antaranya disaring dari PMDK, sementara IKIP Singaraja menerima mahasiswa lebih besar, yakni 35 persen atau 150 orang dari total mahasiswa baru yang akan diterima (sekitar 500 orang). Tahun depan, jumlah mahasiswa dari PMDK di IKIP Singaraja malah akan ditambah sampai separo dari total mahasiswa baru. 

    Menurut Dantes, IKIP Singaraja memiliki tiga jalur sistem penerimaan mahasiswa baru. PMDK ditujukan bagi siswa sekolah lanjutan atas dari Jawa Timur, Bali, Nusatenggara Barat, dan Nusatenggara Timur. Cara lain, lewat sistem penerimaan mahasiswa baru (SPMB, pengganti istilah UMPTN) yang ujiannya dilakukan secara nasional dan tes lokal di Singaraja berupa tes tertulis dan keterampilan. Tes untuk calon mahasiswa baru jurusan diploma tiga itu pendaftarannya dilakukan 15 Juni-9 Juli 2002. 

    Tes Khusus 

    Penjaringan calon mahasiswa lewat PMDK selain dari perolehan nilai selama belajar juga dilakukan berdasarkan tes minat dan bakat. "Di dalam formulir yang harus diisi para siswa kelas 3 sekolah lanjutan atas ada unsur dua tes itu," jelas Rektor yang kini memimpin 3.500 mahasiswa itu. 

    Sedangkan Rektor IKIP Gorontalo mengakui, tahun depan pihaknya mengusulkan kepada Panitia SPMB agar diadakan tes khusus bakat dan psikologi bagi calon mahasiswa keguruan. "Untuk menjadi guru perlu intelektual dan komitmen moral yang tinggi, lagi pula banyak memang orang pintar, tetapi belum tentu bisa berbicara di depan kelas," kata Nelson Pomalingo. Dua macam tes tersebut diusulkan diadakan setelah tes tertulis. 

    Pada tahun ajaran 2002/2003, institut yang memiliki 3.000 mahasiswa itu akan menerima sebanyak 1.000 mahasiswa baru (sarjana dan diploma di 12 program studi). Para calon mahasiswa jalur PMDK diperoleh dari hasil penjaringan siswa di Provinsi Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. 

    Sesuai dengan keinginan pemerintah untuk menyeimbangkan jumlah mahasiswa jurusan eksakta dengan sosial, tahun ini persentase mahasiswa jurusan eksakta yang diterima dua IKIP tersebut naik antara 10-20 persen. Di Gorontalo jumlah mahasiswa baru jurusan eksakta pada tahun akademik 2002/2003 persentasenya akan menjadi 60 persen, naik sekitar 20 persen dibandingkan tahun lalu. 

    Sementara itu, di Singaraja yang membuka pendaftaran bagi 17 program studi, lima fakultas di antaranya adalah jurusan eksakta. "Saya tidak hafal benar angkanya, tetapi persentasenya naik 10 persen dibandingkan tahun lalu," ujar Dantes. (TRI) 

     
    IKIP Gorontalo Ingin Berubah 
    Menjadi Universitas, Mendiknas Tidak Setuju

    19 Februari 2002 20:7:54 WIB

    Manado--Tempo Interaktif--Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Gorontalo, Dr. Nelson Pomalingo, meminta pemerintah pusat meluluskan keinginan untuk mengubah status perguruan tinggi yang dipimpinnya itu menjadi universitas. Namun, keinginan itu berbeda dengan Menteri Pendidikan Nasional yang menghendaki status IKIP Gorontalo dipertahankan. 

    "Masyarakat mengharapkan setelah Gorontalo jadi provinsi, harus memiliki universitas. IKIP Gorontalo diusulkan menjadi universitas," kata Rektor IKIP Gorontalo, Dr. Nelson Pomalingo, kepada Tempo News Room di Manado, Selasa (19/2). 

    Menurut Nelson, sikap Mendiknas itu disampaikan ketika melantik dirinya menjadi Rektor IKIP Gorontalo sebulan lalu di Jakarta. "Saat itu Pak Malik mengatakan supaya status IKIP Gorontalo dipertahankan. Alasannya, saat ini di tanah air tinggal dua perguruan tinggi berstatus IKIP negeri, selain di Gorontalo satu lagi di Singaraja Bali. Sedangkan di tempat-tempat lain IKIP telah berubah menjadi universitas," ujar Nelson. 

    Ia menjelaskan saat ini perguruan tinggi yang difokuskan untuk mencetak tenaga guru tersebut telah mengembangkan perluasan 13 program studi non-guru. Pendidikan ini khusus diploma pertanian dan perikanan. "Kerja sama juga telah dilakukan dengan Institut Pertanian Bogor," ujarnya. Kerja sama itu mulanya dirintis Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, lalu diteruskan IKIP Negeri Gorontalo untuk pengembangan sumber daya manusia dan kegiatan penelitian. (Verrianto Madjowa) 

     
    Hasil Penilaian Perguruan Tinggi 
    oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN)
    Tahun 2002
    Semarang--Mimbar Online-- - Universitas Sumatra Utara (USU) ditetapkan menjadi perguruan tinggi terbaik di luar Pulau Jawa, sesuai dengan penilaian Badan Akreditasi Nasional (BAN) 2002, setelah Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Unpad Bandung, Unbraw Malang, dan Unair Surabaya.

    Menyusul posisi USU adalah Unand Padang, Unhas Ujungpandang (Makassar), dan Unej Jember. "Dari 31 perguruan tinggi berbentuk universitas yang diakreditasi, posisi 10 terbaik diduduki PTN terkemuka yang berpusat di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi," kata Rektor Undip Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. kepada pers di Semarang, kemarin. 

    Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta tetap menjadi perguruan tinggi (PT) terbaik di Indonesia, tecermin dari hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional (BAN) 2002 yang menempatkan UGM Yogyakarta di posisi teratas untuk PT berbentuk universitas, disusul Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

    Menurut lembaran hasil akreditasi BAN yang diberi- kan Rektor Undip, Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. kepada pers di Semarang, Kamis, menduduki posisi kedua dan ketiga. 

    UGM berhasil memperoleh akreditasi A pada 43 program studi (Prodi), 17 berakreditasi B, dan satu Prodi berkualifikasi C, sedangkan UI 22 Prodi berakreditasi A, 22 B, dan 3 C, dan Undip 17 terakreditasi A, 13 B, dan 1 berkualifikasi C. Hasil akreditasi tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil sebelumnya, yang menempatkan UGM, UI dan Undip di posisi teratas. 

    Untuk PTN berbentuk sekolah tinggi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Singaraja berada di tempat teratas, disusul Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, STSI Denpasar, STSI Bandung, dan STKIP Gorontalo. Tidak satu Program studi kelima sekolah tinggi itu yang berhasil meraih akreditasi A, bahkan dua Prodi di antaranya malah meraih nilai D. 

    Sementara itu, untuk PTN berbentuk institut, seperti hasil akreditasi tahun sebelumnya, ITB Bandung merupakan yang terbaik, dengan menempatkan 25 Prodinya berakreditasi A dan delapan prodi berakreditasi B. (Ant)